Menuntut Ilmu agama berbekal semangat

Semangat mereka ketika belajar Tajwid (Doc. Pribadi)
Seperti biasa, sore itu sehabis shalat Ashar anak-anak di sekitar lingkungan Mesjid Al-Manan Desa Padamukti Kecamatan Solokanjeruk, pergi ke Madrasah untuk mengaji. Tempat yang tidak terlalu mewah namun tidak terlalu kumuh juga, disitulah anak-anak mulai dari usia 5 tahun sampai 13 tahun belajar ilmu agama.Bagi mereka menuntut ilmu tidak hanya dilakukan di sekolah formal saja, namun juga dilakukan di lingkungan Madrasah, dimana mereka bisa belajar ilmu agama secara lebih luas.
Semangat anak-anak yang kebanyakan berasal dari keluarga kurang mampu itu patut di acungi jempol. Ditengah-tengah era globalisasi ini mereka masih mau menuntut ilmu agama, yang mana jika dilihat anak-anak sekarang sudah terkontaminasi oleh kemajuan teknologi dan segala hal yang serba instan, terutama di masyarakat perkotaan. Ternyata masih ada anak-anak di kampung yang semangat setiap hari pergi ke mengaji.
Pergi mengaji mereka terapkan sudah seperti sebuah kewajiban, tanpa ada paksaan. Pihak mesjid dan pengajar pun tidak menuntut sepeser uang atau SPP dari murid-muridnya. Awalanya, seorang tokoh agama di lingkungan mesjid merasa prihatin dengan kondisi anak-anak yang kurang mampu tidak dapat pergi ke TKA atau TPA dikarenakan tidak punya uang untuk membayar SPP ngaji. Oleh inisiatifnya itulah dia membebaskan biaya mengaji di Madrasah yang diberi nama Madrasah Al-Ikhlas itu.
Asri, salah seorang guru yang mengajar di Madrasah merasa bangga masih ada anak-anak yang mau mengaji di Madrasah itu. Dengan kondisi yang sederhana jika dibandingkan dengan TKA atau TPA yang ada disekitar sana, murid-muridnya masih percaya bahwa kualitas Madrasah tempat mereka mengaji sejajar dengan TKA dan TPA yang ada.
Pelajaran yang diberikan pun tidak jauh berbeda, mereka setiap hari diwajibkan tadarus Iqra’ atau Al-Qur’an, belajar menghapal surat-surat pendek, menulis huruf Arab, belajar sejarah agama Islam, menghapal urutan nama-nama surat beserta artinya, belajar tajwid Al-Qur’an, dan masih banyak lagi.
Anak-anak yang berasal dari berbagai golongan usia itu, dibagi kedalam dua kelompok. Kelompok anak yang masih Iqra’ dan anak yang sudah bisa membaca Al-qur’an. Bagi anak yang belum masuk Sekolah Dasar, mereka juga diajari dasar-dasar belajar huruf, membaca, menulis, berhitung layaknya di TK.
Lulusan dari Madrasah ini pun tidak mengecewakan, Febi salah seorang anak yang belajar di Madrasah Al-Ikhlas ini sudah bisa membaca, menulis dan berhitung sebelum masuk SD. Orangtua Febi mengaku saat itu ia tidak punya biaya untuk memasukkan Febi ke TK. Dan hasilnya tidak mengecewakan, orangtua Febi merasa bangga anaknya bisa mengaji di Madrasah Al-Ikhlas dan hingga saat ini Febi masih mengaji di Madrasah itu.
Bagi Asri dan Jijah yang juga mengajar di Madrasah itu, mengajar anak-anak mengaji bukan soal bekerja atau sebuah profesi yang harus dibayar. Melainkan sebuah pengabdian kepada masyarakat agar anak-anak di tempat mereka tinggal tidak menjadi anak-anak yang tidak tahu agamanya sendiri. “Belajar agama itu sangat penting, dan mengajarkan ilmu agama kepada orang lain bagi saya sangat mulia”, begitu ungkap Asri.
Asri dan Jijah ikhlas menerima imbalan hanya seratus lima puluh ribu rupiah setiap bulannya, itupun harus mereka bagi dua. Dengan atau tanpa imbalan, mereka mengaku ikhlas mengajar. “Mengajar itu hitung-hitung belajar juga, daripada diam di rumah tidak ada kerjaan”, ungkap Jijah yang juga masih sekolah di kelas tiga sekolah menengah itu.
Keceriaan anak-anak selalu membuat mereka juga ikut semangat dan senantiasa menyadari bahwa hidup ini punya makna untuk selalu berbagi. Walau diakui mereka bahwa setiap anak mempunyai kemampuan yang berbeda-beda, namun hal itu tidak membuat keinginan mereka untuk mengajar surut. Justru hal itu lah yang selalu membuat mereka terus belajar dan belajar untuk lebih meningkatkan kualitas mereka mengajar.
“Disini kita mengajar untuk berbagi sekaligus belajar arti kehidupan yang sesungguhnya, karena hidup untuk berbagi itu sangat indah” tutur Asri sembari tersenyum.

Related Post



Post a Comment